1 MUHARAM BUKAN SEREMONIAL BELAKA

1 MUHARAM BUKAN SEREMONIAL BELAKA
(Alhabib Quraisy Baharun)

Foto Alhabib Quraisy Baharun.

Kehadiran bulan Muharram bagi umat Islam merupakan momentum penting sebagai awal tahun baru dalam kelender Islam. Sejak ditetapkannya oleh khalifah Umar bin Khattab, umat Islam seantero dunia memperingatinya sebagai tahun baru, sekaligus medium melakukan introspeksi atas aktivitas ibadah dan keimanannya pada tahun sebelumnya, bahkan menyiapkan upaya peningkatan kualitas ibadah, keimanan serta ketaqwaaannya untuk tahun mendatang, Itulah yang di jelaskan Alhabib Quraisy Baharun Dalam Tabligh Akbar di Gandasoli kec. Kramatmulya Kab. Kuningan kemarin, (23/9/2017) agar peringatan seperti ini bukan cuma dijadikan acara seremonial belaka.

Bahkan peristiwa hijrahnya nabi tersebut, oleh khalifah Umar bin Khattab, dijadikan sebagai awal tahun baru dalam kalender Islam. Perhitungan tahun Islam atas prakarsa Khalifah Umar tersebut yang dipopulerkan sebagai tahun hijriyah yang penetapannya sejak rasul hijrah pada tahun 622 Masehi.

Kebijakan khalifah itu merupakan momentum sebagai awal tahun Islam. Di antara alasan penetapa tersebut adalah hijrah merupakan pemisahan periode Mekkah dan Madinah.

Secara historis, umat Islam pada periode awal di Mekkah mengalami pengebirian dan penyiksaan dari kaum kafir atas prakarsa Abu Jahal dan Abu Lahab. Bagi nabi dan sahabatnya, periode Mekkah pra hijrah merupakan ujian terberat dari langkah awal mendakwahkan Islam sebagi ajaran yang benar yang banyak ditantang kaum kafir jahiliyah.

Untuk melepaskan dari hegemoni kaum jahiliyah Mekkah itu, nabi memutuskan untuk hijrah atas petunjuk Allah dengan meninggalkan kampung kelahiran, harta dan keluarga yang dicintainya dengan berjalan kaki tidak kurang dari 500 Km menuju Madinah.

Pasca hijrahnya nabi bersama sahabat ke Madinah merupakan awal pencerahan dan perubahan nasib umat Islam. Sebab selama di Mekkah, umat Islam yang masih minoritas ditindas dan dimusihi, sebaliknya di Madinah justru mendapatkan perlakuan cukup baik dari kaum Anshar, lanjut Habib Quraisy dalam dakwahnya.

Beliau melanjutkan,

Dalam hal ini, peristiwa hijrah nabi sejatinya dimaknai sebagai bagian terpenting dalam sejarah Islam, yakni tonggak awal kebangkitan Islam.

Di Madinah secara bersama-sama dengan sahabatnya, nabi mulai membangun peradaban Islam yang selama ini banyak diadopsi sebagai masyarakat madani. Yakni, sebuah tatanan kehidupan masyarakat dibangun dan diwujudkan sesuai internalisasi ajaran Islam yang diprakarsai nabi.

Selain itu, hijrah nabi juga merupakan pemisah antara periode Mekkah yang terkungkung dari kaum jahiliyah beralih ke Madinah yang justru menjadi negeri pembebasan sekaligus mencerminkan heteronitas umat baik muslim maupun non muslim hidup selaras dengan merujuk pada piagam Madinah.

Momentum hijrah yang menjadi awal kebangkitan peradaban Islam yang menyejarah. Nabi menancapkan pilar peradaban Islam di Madinah sebagai tonggak perjuangan umat paling strategis.

Habib Quraisy melanjutkan bahwa kita juga harus mampu Makna HIJRAH

Setiap tahun umat Islam menyambut tahun hijriyah, hijrah dimaknai lebih luas yakni, kita harus hijrah nilai, misalnya hijrah dari nilai budaya yang buruk menuju nilai budaya yang Islami. Dalam pengertian ini, ghirah atau semangat hijrah yang patut diimplementasikan sekarang ini, bukan lagi dalam pengertian fisik, tetapi hijrah secara kontekstual dengan meninggalkan segala peradaban atau nilai-nilai yang tidak baik dan tidak urgen menuju peradaban yang lebih baik yang diridhai Allah dan dapat diterima umat manusia pada umumnya.

Menyingkapi kondisi sekarang, perilaku yang menyimpang yang dilakukan baik prilaku masyarakat biasa dengan pelbagai kejahatan dan kriminalitas yang telah mencerminkan kehidupan penuh kekerasan, sepatutnya ditinggalkan dengan berhijrah kepada kehidupan yang lebih baik.

Demikian halnya dengan pola kehidupan pejabat yang banyak melakukan penyimpangan atas amanah rakyat. Seperti melakukan korupsi atau perbuatan mungkar lainnya sebagai fenomena fasad berupa pengrusakan dimuka bumi tanpa kontrol, maka idealnya mereka berhijrah dari perilaku tersebut menuju ke jalan yang baik dengan mengembang amanah dan kepercayaan rakyat dengan penuh tanggung jawab.

Artinya, pada saatnya untuk melakukan hijrah menuju pada internalisasi nilai-nilai Islami.

Nah, kemunduran-kemunduran ummat islam sekarang ini tidak lepas dari lalainya mereka memaknai hidup, Hijrah tujuan hidup, hidup semaunya saja dan tidak mau mengikuti apa yang di maukan Allah, inilah penyebab kemunduran utama kita.

Hematnya, Inti dari tausiyah beliau, Mari kita memaknai bersama-sama hikmah sesungguhnya dari hijrah, Hiduplah sesuai apa yang di mau-kan Allah, bukan hidup semau kita.

Dimensi hijrah dari kejahiliaan menuju ke arah pencerahan juga menjadi makna dari hijrah itu sendiri. Melakukan rekonstruksi pendidikan dengan sistem yang lebih baik dan efesien sebagai upaya melahirkan sumber daya yang potensial masa mendatang demi kemaslahatan bangsa, menjadi keniscayaan.

Demikian beberapa interpretasi dan makna hijrah sebagai revitalisasi dengan konteks kekinian. Hal ini sejatinya seorang Muslim menjadikan bulan Muharram yang setiap tahunnya diperingati untuk membangun keshalehan individual dan sosialnya. Sekaligus guna mengimplementasikan diri sebagi bagian Islam yang rahmatan lil alamin, yang mengurai kedamaian dalam seluruh dimensi dan lini kehidupan duniawinya sebagai bekal menuju perjalanan akhiratnya yang abadi.

Menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram 1431 H, menjadi momentum bagi umat Islam untuk melakukan interospeksi secara kolektif, guna melakukan perubahan dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik sebagai revitalisasi hijrah. Meningkatkan spritualitas dan kesadaran keagamaan menjadi keniscayaan umat Islam Indonesia, terutama ketika bangsa ini dihadapkan dengan berbagai musibah yang sepatutnya direnungkan sebagai momentum menguji kualitas keimanan dan keberislamannya dan patut direnungi untuk diambil hikmahnya.

Sebagai umat Islam, dalam menyambut Tahun Baru Islam, kita harus merefleksikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan hijrah nabi secara kontekstual, yakni hijrah dari nilai-nilai yang buruk menuju penciptaan nilai yang lebih baik.

Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah & taufiq-Nya.

Dan tetap istiqomah serta mampu memaknai Hijrah yang sesungguhnya... Aaamiin Ya Rabbal 'Aalamiin...

_____________
SILAHKAN SHARE / LIKE FANPAGE Alhabib Quraisy Baharun UNTUK TERUS MENDAPATKAN ILMU YANG JELAS SANADNYA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadwal Haul Para Ulama dan Habaib di Bulan Sofar

MUSYTAQ JIDDAN YAA HABIBANA

10 KEKHUSUSAN NABI MUHAMMAD SAW